Namaku Zaky Fernando, aku keturunan
blasteran western dan eastern. Yapp! Jawa Barat dan Jawa
Timur, tapi aku lahir dan dbesarkan di Jawa Tengah. Makanya, aku lebih mengusai
bahasa jawa ketimbang bahasa sunda. Aku punya temen, namanya Juki. Bukan nama
aslinya sih, tapi gitu dia biasa dipanggil. Dia keturunan Batak. Kalau main
kerumahnya agak ngeri sama Bapaknya. Kumisnya tebel coy! Kami sudah bertaeman
sejak SMP. Hingga kini kami duduk di kelas sebelas, dan sudah tiga tahun kami
sekelas, satu meja pula. Yang paling ngeselin dari ini yaitu, kita sama-sama
jomblo dan sering diejek sebagai pasangan homo. Si Juki emang udah kelihatan
sifat homonya dengan kebiasaannya yang sering nabokin pantat cowok.
Siang
itu saat istirahat, biasa aku buka sosial media.
“Gila!
Ini cewek kawaii, Juk!” ucapku.
“Pasti
yang kamu lihat cewek Jepang lagi ya?” sahutnya dengan nada datar.
“Iyalah”
“Kau
ini orang Indonesia tapi gak cinta produk dalam negeri.”
“Masih
mending produk impor tapi masih berbentuk cewek, Juk. Lha kamu?”
“Eh!
Kau ngomong sekali lagi ku giles kau!” hentak Juki dengan logat Bataknya.
“Sorry Juk, becanda. Eh makan yuk, aku
traktir deh.”
Saat
sedang makan, aku sedikit nguping obrolan antar tukang yang lagi istirahat. Sekolahku
masih tahap renovasi jadi masih banyak tukang. Seorang tukang berkata.
“Indonesia
kini udah carut-marut ya bang!”
“Ya,
kaya pro-kontra pemilihan langsung dan tidak langsung itu.” Sahut tukang
lainnya.
“Iya,
katanya negara demokrasi tapi kalau hak rakyat udah diambil apa masih dibilang
demokrasi lagi?”
“DEMOCRAZY
bang!” sahutku.
“Nah
ini anak pinter juga.” Bales tukang tadi.
Selesai
makan aku dan Juki kembali ke kelas. Untungnya kali ini jam kosong, cuma ada
tugas dari guru. Sambil ngerjain tugas aku sambil mikir apa yang tukang tadi
obrolin. Bener juga sih, akhir-akhir ini Indonesia lagi di keadaan buruk. Kartun-kartun
masa kecilku juga udah mulai hilang entah kemana. Entah besok-besok masih ada
pelajaran membaca yang “Ini Budi.. Ini Ibu Budi..” atau nggak. Mungkin
besok-besok udah gak ada, dan sampai sekarang aku masih bingung Budi itu siapa
sebenernya? Lalu yang paling menghebuhkan soal Indonesia berikutnya tentang
pilpres kemarin. Mungkin sepuluh tahun lagi ada pelajaran sejarah yang
mengatakan “Sepuluh tahun lalu ada capres yang tidak mengakui kekalahannya”.
Mungkin sepuluh tahun lagi aku malu jika mengakui bahwa Indonesia adalah tanah
airku.
“Eh
Juk, sepuluh tahun lagi kamu masih cinta Indonesia kan?”
“Masih
dong! Kan Indonesia tanah air beta!”
“Bagus
deh kalau gitu.”
“Eh
tumben banget kau tanya gitu-gituan? Lagi ga kesurupan kan?’
“Ah
kagak, lupain aja.”
Beruntunglah
Indonesia masih punya anak muda yang berjiwa nasionalisme tinggi kaya si Juki.
Semoga pemuda kaya si Juki masih banyak di Indonesia ini.
No comments:
Post a Comment