Cerita sini yukk..

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Malam itu terlihat terlalu pekat untuk awam, namun bagi yang patah malam ini sungguh normal saja; kurang pekat. Secangkir kopi tubruk pekat dengan ampasnya menemani malam langkahku yang mencoba melupa. Sakit. Tak tahu apa lagi selain itu.

Seakan dunia menghukum, semua kenangan indah tiba-tiba menyerang hati, otak, sampai denyut nadi terkecil sekali pun. Tidak bergerak. Sungguh, seakan dicambuk kenangan. Hati, otak, dan denyut nadi terkecil pun tak bernyawa. Anganku terus melayang, entah kemana, mengikuti kenangan (yang menyakiti) itu terbang menghukum semua sel-sel di tubuh ini. Sakit. Namun, entah mengapa anganku terhipnotis untuk tetap mengikutinya.

aku tunggu kamu sampai kuliah

Menghabiskan satu tahun umurku hanya untuk membelenggu diri dengan kalimat itu. Bodoh. Aku bodoh! Bukan. Aku bukan bodoh! Aku terlalu berharap.

Satu tahun itu hanya ku gunakan untuk menentukan aku harus melupa atau mengenang. Hingga pada akhirnya aku hanya berhenti di antaranya. Membatu. Seakan tak bernyawa tapi mampu bergerak; tubuhku normal tapi hatiku membeku. Berlaku senang dengan tawa palsu, sedih tanpa merasa pilu.

Satu tahun itu hanya ku gunakan untuk mengkafirkan diri ini; menghakimi Tuhan atas semua ini. Intuisi hati tidak berarti. Hati ini masih membeku.

Segala bentuk hormon dalam tubuhku menuntunku merubah caraku menjalani hidup, mungkin ke arah lebih baik. Berubah bukan untuk membuat dia melihatku kembali dan menyesal. Sekali lagi hatiku masih membeku. Berubah secara alamiah mengukuti koordinasi hormon tubuh ini. Dulu tubuh ini begitu perhitungan dalam menata penampilan; dari ujung kaki sampai ujung rambut harus tertata sedemikian mungkin. Pengaruh hormon dengan membekunya hati ini sangat kuat. Dari ujung kaki sampai ke ujung rambut tercermin ke-bodo amat-an. Yang penting pakai baju.

Bukan hanya penampilan yang berubah, sifat mendasarku (introvert) koprol, berubah drastis. Aku menjadi sangat terbuka. Dengan hati yang membeku ini ternyata aku mendekati wanita yang bahkan aku tak punya rasa sedikit pun kepada mereka. Mereka. Ya bukan hanya satu, ada beberapa wanita yang menjadi korban dari bekunya hati ini. Sungguh tanpa sadar.

Untuk kesekian kali hati ini masih membeku. Mendekati hati mereka sangat membuatku bahagia, meninggalkan mereka merupakan puncak kebahagiaanku. Setelah itu, sakaw. Aku candu akan rasa senang (yang menyakiti orang lain) ini. Kebahagiaan yang ku dapati ini seakan mengobati dinginnya hati. Jahat. Ucapan itu mungkin sudah terbiasa ku dengar di telingaku. Sudah jadi ucapan rutin tiap hari.

Pergerakan hati dimulai. Intuisi. Entah mengapa aku mengikuti sebuah kegiatan yang dari dulu memang aku senangi; seni. Di balik semua perubahan diri masih ada sisi yang masih sangat melekat dan bekunya hati tidak mampu nempengaruhi.

Titik menghangatnya hati. Aku dan kesenian memang tidak bisa dipisahkan. Aku mengikuti sebuah kegiatan kesenian yang di dalamnya diajarkan bagaimana cara mengolah hati. Tidak instan, tapi perlahan hati ini mulai menghangat lagi. Tuhan masih berkenan mengajakku kembali ke jalan yang sesuai melalui seni.

Tibalah pada sebuah renungan. Dosa. Terlalu banyak perbuatanku berujung dosa; menyakiti orang dan menyakiti diri. Penyesalan tiada guna lagi, membuka hati harus ku lakukan lagi.

Dan aku menemukan diriku yang benar diriku. Memang aku berubah. Dan tidak selamanya berubah itu buruk. Manusia dan makhluk lainnya sudah ditakdirkan untuk melakukan metaorfosis. Manusia memang tidak melakukannya secara morfologi. Namun secara jiwanya.

yang patah tumbuh, yang hilang berganti” –-- Banda Neira.

Datang dan pergi, sebuah siklus dalam diri manusia. Darah yang pergi meninggalkan jantung akan kembali lagi setelah melakukan tugasnya; mendistribusikan nutrisi. Sangat mulia. Kembali setelah sukses. Demikian aku, aku kembali setelah sukses melakukan metamorfosis.

Tuhan menyambutku dengan menghadiahkan seseorang yang harus aku bahagiakan.

Tuhan, bilamana Engkau berkenan, tolong dekatkan hamba kembali dengan seseorang yang ditakdirkan untuk hamba bahagiakan. Bilamana sudah dekat dengan hamba, tolong lebih dekatkan lagi. Dan bilamana orang itu pergi, hamba percaya bahwa itu bukan orang yang Kau takdirkan



Disclaimer:
Tulisan ini tidak ditujukan untuk siapapun. Hanya bentuk apresiasi untuk diri dan sebuah klarifikasi.

Catatan:
Mohon maaf apabila terdapat pihak yang turut merasa masuk dalam tulisan ini. Selain media klarifikasi, tulisan ini juga media untuk meminta maaf kepada mereka yang terlibat dalam hidup ini.

COMINGSOON Bagian Dua: Simbiosa (ungkapan terima kasih untuk mereka yang mau ikut membongkar belenggu hati ini).

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]